Berbicara mengenai kesetaraan gender memang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Di bidang kehutanan sendiri, kesetaraan gender atau keadilan gender belum bisa dicapai secara optimal, misalnya komposisi pegawai perempuan dan laki-laki juga masih jauh ketimpangannya, contohnya di BDK sendiri, ibu Yanti menjadi satu-satunya WI perempuan. Dan seharusnya yang menjadi narasumber disini adalah ibu Yanti yang mungkin lebih bisa sharing pengalaman mengenai keadilan atau ketidakadilan gender yang dialami. Dari komposisi penyuluh kehutanan juga lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Namun, sebagai kaum perempuan kita tidak perlu berkecil hati, sudah banyak contoh2 kaum perempuan yang berada pada top management, misalnya sekarang Menhut kita perempuan, dan 2 kali periode terakhir Kapusluhhut kitu juga perempuan. Mungkin disini yang lebih ditekankan bukan pembagian komposisi, melainkan peran sesuai kapabilitas masing-masing. Jika memang perempuan mampu menjadi top leader, why not ? Namun kembali lagi saat pulang ke rumah, setinggi-tingginya jabatan perempuan di kantornya, kembalilah kodratnya sebagai perempuan yang harus tunduk dan taat kepada laki-laki (suaminya red) karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi penolongnya.
Jadi, kembali lagi pembagian peran antara perempuan dan laki-laki harus sesuai kapabilitasnya.
Ini pendapat saya. Silahkan teman-teman yang mau berpendapat lain.
Salam,
Mey