Forum Diskusi

Kesetaraan Gender dan Kehutanan

Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh MENI HENDRAWATI -
Jumlah balasan: 9

Berbicara mengenai kesetaraan gender memang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Di bidang kehutanan sendiri, kesetaraan gender atau keadilan gender belum bisa dicapai secara optimal,  misalnya komposisi pegawai perempuan dan laki-laki juga masih jauh ketimpangannya, contohnya di BDK sendiri, ibu Yanti menjadi satu-satunya WI perempuan. Dan seharusnya yang menjadi narasumber disini adalah ibu Yanti yang mungkin lebih bisa sharing pengalaman mengenai keadilan atau ketidakadilan gender yang dialami. Dari komposisi penyuluh kehutanan juga lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Namun, sebagai kaum perempuan kita tidak perlu berkecil hati, sudah banyak contoh2 kaum perempuan yang berada pada top management, misalnya sekarang Menhut kita perempuan, dan 2 kali periode terakhir Kapusluhhut kitu juga perempuan. Mungkin disini yang lebih ditekankan bukan pembagian komposisi, melainkan peran sesuai kapabilitas masing-masing. Jika memang perempuan mampu menjadi top leader, why not ? Namun kembali lagi saat pulang ke rumah, setinggi-tingginya jabatan perempuan di kantornya, kembalilah kodratnya sebagai perempuan yang harus tunduk dan taat kepada laki-laki (suaminya red) karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi penolongnya.

Jadi, kembali lagi pembagian peran antara perempuan dan laki-laki harus sesuai kapabilitasnya.

Ini pendapat saya. Silahkan teman-teman yang mau berpendapat lain.


Salam,

Mey

Sebagai balasan MENI HENDRAWATI

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh Nur Izzatil Hasanah -

Hallo mbak Mey, mau menanggapi ya senyum

Saya juga melihat di bidang kehutanan masih didominasi oleh laki-laki, seperti yang telah mbak sampaikan di atas. Tapi saya masih belum melihat bahwa perempuan tidak diberikan kesempatan yang sama, apakah mereka memang tidak bisa, atau mungkin memang tidak berkeinginan untuk menempati posisi2 tertentu.

Saya sangat setuju dengan statement mbak yang terakhir, kodratnya perempuan itu memang sebagai istri dan ibu senyum

Sebagai balasan Nur Izzatil Hasanah

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh MENI HENDRAWATI -
Terima kasih atas tanggapannya mbak Jatil...

Ya benar antara dua: perempuan memang tidak diberi kesempatan yang sama atau memang perempuan tidak bisa/mau menempati posisi tertentu tersebut. 

Jika yang alasan pertama, maka keadilan gender belum dirasakan.

Namun jika alasan yang kedua, maka ini lebih dikarenaka faktor kapabilitas ataupun kodrat perempuan yang memang merasa lebih nyaman jika dipimpin oleh laki-laki.


Sebagai balasan MENI HENDRAWATI

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh Rahmatullah Mukarramah -

Ikut menanggapi ya mba Mey senyum Imo, sosial budaya juga berperan penting dalam kesetaraan gender. Bagaimana (baik pria atau wanita) hendaknya memiliki pikiran terbuka bahwa setiap orang berhak untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berperan serta dalam suatu kegiatan atau pekerjaan, tanpa memandang jenis kelamin, usia, pendidikan, status. Tentu saja,dengan tetap memperhatikan kodratnya masing-masing dan sadar akan kemampuan dan keterbatasannya. Dalam masyarakat kita, wanita cenderung dianggap kaum yg harus dilindungi oleh kaum pria. Sedari kecil kaum pria selalu diajarkan bahwa laki-laki lebih baik, lebih kuat, lebih tangguh dr wanita (dibeberapa suku ada yg berpendapat demikian). Pendidikan dan keterbukaan informasi serta kemauan untuk kesetaraan gender dan kemajuan zaman, semoga bisa menjadi pemicu pemahaman yg lebih baik ttg bagaimana harusnya pria dan wanita adalah sama, perlu mengaktualisasikan diri. Tanpa melupakan kodrat dan tanggung jawab diri. Mari bersama-sama berkembang menjadi pribadi yang lebih baik senyum 

Sebagai balasan Rahmatullah Mukarramah

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh Pengguna terhapus -
saya sangat sepaham dengan mbak-mbak yang ada diatas. Bahwa, secara fisik dan psikis laki2 dan perempuan memang berbeda. terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing. untuk itu, pembagian peran yang sesuai dengan kondisi lahiriahnya merupakan hal seharusnya menjadi landasan utamanya.
Sebagai balasan Pengguna terhapus

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh MENI HENDRAWATI -

Terima kasih untuk tanggapan pak Ahmad Afif,

Memang benar secara fisik dan psikis laki-laki dan perempuan berbeda. Namun dalam hal ini yang kami maksudkan adalah beri kesempatan yang sama untuk hal-hal yang berhubungan dangan skill, IPTEK, yang memang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan gender. Kecuali untu hal-hal yang mmbutuhkan kekuatan fisik barulah dibedakan gendernya. 

Karena ada begitu banyak perempuan yang memiliki skill dan IPTEK yang mumpuni namun tidak diberikan kesempatan atau peluang untuk menduduki posisi strategis hanya karena gendernya. Ini yang dinamakan ketidakadilan gender senyum

Sebagai balasan Rahmatullah Mukarramah

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh MENI HENDRAWATI -
Terima kasih atas tanggapannya mbak Amah,


Ya saya juga setuju, seharusnya perempuan dan laki-laki diberikan kesempatan yang sama. Ini hendaknya dibuktikan dalam penerimaan karyawan atau pegawai yang membutuhkan skill bukan tenaga, seharusnya tidak lagi mencantumkan persyaratan jenis kelamin tertentu. 

Karena saya sendiri pernah mengalami ketidakadilan gender, pada waktu melamar pekerjaan di perusahaan kayu swasta yang membutuhkan karyawan kabag  Litbang HTI, namun dari sekian persyaratan, ada satu yang tidak bisa saya penuhi yaitu jenis kelamin harus laki-laki. Namun, karena merasa persyaratan lain telah memenuhi, maka dengan modal "nekad" tetap mengajukan lamaran. Alhasil, keajaiban terjadi. Saya tetap dipanggil test, hari test tiba dan ternyata saya satu-satunya perempuan dari 50 peserta untuk posisi tersebut. Dan dengan alasan kesalahan teknis dalam pemanggilan, oleh HRD sebelum test dimulai, saya disuruh pulang karena alasan gender. Namun, karena saya merasa bahwa harus ada keadilan gender dan beri kesempatan yang sama (lihat skill bukan gender), jika gugur, maka gugur karena hasil test bukan karena gender. Akhirnya karena "kengototan" saya, maka diberi kesempatan. Dan hasil akhirnya, justru saya yang diterima. Dan menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut di HTI yang notabene laki-laki semua.  Akhirnya lewat kasus "salah pemanggilan" tersebut terbuka kesempatan bagi perempuan. 

Jadi intinya, terkadang sebagai perempuan kita harus berjuang dan nekad, tentunya harus dibekali dengan kapabilitas kita di bidang tersebut untuk mendapatkan keadilan gender ;)

Sebagai balasan MENI HENDRAWATI

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh Anita Makmur -
salam kena mba meni....saya sangat setuju dengan steatmentx mba meni ." Jika perempuan bisa kenapa tidak???" bukan pembagian komposisi, melainkan peran sesuai kapabilitas masing-masing,namun tetap kembali ke kodratnya sebagai perempuan.

sedikit tambahan dari saya, kita harus bangga terlahir menjadi perempuan. menurut saya perempuan  memiliki nilai lebih dari laki-laki karena disamping mampu bekerja dikantor, perempuan juga mampu mengurus urusan rumah tangga.. double job ;) dan kembali lagi ke kodrat kita sebagai perempuan yang harus selalu diingat .
Sebagai balasan Anita Makmur

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh MENI HENDRAWATI -

Salam kenal juga mbak Anita,

Terima kasih untuk tanggapannya.

Ya kita harus bangga sebagai perempuan. Dalam waktu yang sama kita bisa mengerjakan banyak hal dibandingkan kaum laki-laki.  Sebagai perempuan kita bisa membantu kamu laki-laki (suami) dalam mencari tambahan nafkah keluarga, sambil memerankan sebagai istri dan ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumah seabrek. Namun, hampir semua laki-laki (suami) akan stress jika menggantikan peran ibu rumah tangga mengurus rumah dikala isteri tidak ada di tempat. Itulah kenapa perempuan diciptakan sebagai Penolong kaum laki-laki. Dan sebagai penolong tentunya memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang ditolong, benar nggak ?senyum

Makanya ada kata bijak mengatakan: "Dibalik pria sukses, selalu ada wanita hebat di belakangnya".

Namun, tetap ketika di rumah kita harus kembali ke kodrat kita yang harus taat dan tunduk kepada suami. 


Jadi kesimpulannya:

Kesetaraan ataupun Kadilan Gender lebih banyak dibutuhkan di dunia kerja (karir) dengan tetap memperhatikan kapabilitasnya masing-masing. 

Sebagai balasan MENI HENDRAWATI

Re: Kesetaraan Gender dan Kehutanan

oleh Wilma Kania F -

Aslm....Membaca dari atas sampai akhir,statement semua benar sekali..sangat setuju, namun dalam pelaksanaan penentu kebijakan ada di pucuk pimpinan, tradisi dan kebudayaan adat timur masih dan sampai sekarang di Indonesia. walaupun MenLHhut kita adalah perempuan, bukan berarti pelaksanaan aturan dan kebijakan bisa dipegang oleh perempuan, bisa jadi kesempatan diberikan hanya menempati porsi dari gender yang dibutuhkan dalam kursi menteri.  Kondisi seperti ini kaum wanita tidak boleh pesimis, perlahan kita mulai merangkak dengan adanya komitmen nasional yang telah dibuat yaitu melalui 1. Inpres no. 9 thn 2000 tentang pengarusutamaan gender , 2. UU no.17 thn 2007 tentang rpjpn, bahwa peningkatan kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan dari rpjmn ke dua, 3. permendagri no.67 thn 2011 tentang pedoman pelaksanaan PUG di daerah. 

di Kaltim sendiri pelaksanaan dari pengarusutamaan gender di berbagai sektor, cukup adil dalam pemenuhan quota. sebagai contoh asissten gubernur dari 4 org, ada 1 perempuan; dan sekarang Pj. Walikota samarinda telah dilantik seorang perempuan. Namun tidak mesti juga perempuan harus bisa menduduki jabatan yang tinggi, kalau tidak bisa memenuhi standar uji kelayakan sebagai pemimpin. Jadi intinya kaum wanita harus mempersiapkan diri kalau ingin setara. itu disatu sisi dilihat dari jabatan politis.  

Pengarusutamaan gender perlahan dilaksanakan melalui payunghukumnya, peraturan yang mendasari. itu saja juga belum cukup untuk memenuhi renstra dari masing-masing SKPD. berbagai macam alibi dan argumentasi bahwa belum tepat menggunakan gender didalam kegiatan. yaa semua karena pola pikir, budaya dan tradisi yang masih berkembang di masyarakat. 

perlunya perubahan  pola pikir, budaya dan tradisi bahwa kesetaraan gender akan berhasil dan terlaksana apabila kita mau BERUBAH, dari dalam diri kita sendiri masing-masing.

KEBERHASILAN Pembangunan pada dasarnya harus memberikan keadilan dan kemakmuran kepada semua masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, kepada yang kaya maupun yang miskin.

demikian,trims,waslm