Forum Diskusi

Hutan yang akan menjadi pertahanan terakhir....

Hutan yang akan menjadi pertahanan terakhir....

by Rahmat Setiyono -
Number of replies: 2

Hampir tiap hari kita membaca atau mendengar mengenai konflik tenurial, bahkan tidak jarang terjadi korban jiwa. Yang paling banyak adalah konflik antara masyarakat adat atau masyarakat sekitar hutan dengan perusahaan (pemodal; baik pertambangan maupun perkebunan).

Pemerintah mungkin telah melakukan kesalahan selama 30 tahun, selama itu pemerintah hanya memperhatikan pemodal (perusahaan IUPHHK) yang diberi kekuasaan dalam mengelola hutan, pemerintah mungkin lupa bahwa sebenarnya masyarakat juga berhak atas pengelolaan itu.

Di tengah tekanan yang kuat (guna menjadikan Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia), maka sekarang terlihat di daerah-daerah yang masih banyak wilayah hutannya mengalami tekanan, korporasi sawit mulai menguasai lahan-lahan masyarakat, akibatnya masyarakat mulai memasuki hutan untuk merambah. fenomena ini dapat dilihat di wilayah mana saja yang berbatasan langsung dengan hutan.

contohnya adalah wilayah KHDTK Sebulu yang dikelola oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, sekarang masyarakat Sebulu hanya punya hutan wilayah KHDTK itu saja, sekitar wilayah KHDTK sudah habis dikapling oleh tambang dan perkebunan sawit.

akhirnya terlihat bahwa hutan adalah satu-satunya wilayah "tanah" yang tersisa, sampai kapan hal ini akan berlanjut jika pemerintah juga lemah dalam penegakan hukum.

In reply to Rahmat Setiyono

Re: Hutan yang akan menjadi pertahanan terakhir....

by Deleted user -
Opini yg bagus, ketika sisi ekonomi lebih kuat d bandingkan sosial dan ekologi menyebabkan hal ini, bagaimana menurut bapak?
In reply to Deleted user

Re: Hutan yang akan menjadi pertahanan terakhir....

by Achmad Suhartanto -

berkomentar ya pak,,

menurut saya, kita kurang bijak jika melempar permasalahan ini sepenuhnya kepada pemerintah,, kenapa?   karena menurut saya masayarakat ikut berperan dalam konversi lahan(dengan menjual sebagian atau seluruh tanah usaha taninya kepada perusahaan tambang atau perkebunan dengan iming2 uang tertentu tanpa atau belum berpikir kebelakang)

(mohon maaf) untuk masa sekarang ketika faktor ekonomi berbicara (dimasyarakat) maka faktor yang lain bisa jadi terabaiakan termasuk ekologi,,